Cari Blog Ini

Jumat, 24 Februari 2012

Teknik Pengajaran Bahasa - CLT dan TBT

Pengajaran Bahasa Komunikatif (CLT)
 
Pengajaran bahasa komikatif merupakan solusi yang muncul ketika pengajaran bahasa sebagai sistem (tata bahasa dan kosa kata) serta penggunaan strultur-struktur kebahasaan dinilai tidak menstimulasi kemampuan komunikaif para siswanya; mereka kesulitan dalam menggunakan pengetahuan yang mereka pelajari saat berbicara dengan “native speaker”.
Komunikasi bersifat universal dan kompleks. Kompleksitas komunikasi terdiri dari tiga perspektif, yaitu: kompetensi komunikasi (disebut juga sebagai tujuan komunikasi), Komunikasi sebagai proses (terkadang digunakan sebagai metode komunikasi), dan Komunikasi dalam konteks (membahas ‘pengaruh’ kebaratan CLT). Perlu diingat, CLT dari ketiga perspektif tersebut bukanlah untuk mendikte para guru tentang apa yang  harus dan jangan dilakukan di dalam kelas. 

A.      Komunikasi sebagai Kompetensi
Kompetensi komunikasi tidak hanya menyangkut kompetensi katatabahasaan, tetapi jg sosiolinguistik, wacana, dan kompetensi strategis. Masalahnya, kemampuan komunikasi tidak hanya sebatas penguasaan situasi komunikasi di lapangan, tetapi juga harus mampu menguasai keberagaman pola komunikasi antar dan dalam budaya kecil dan budaya nasional. Kelemahan lain adalah kompetensi komunikasi diartikan sebagai sesuatu yg eksak (pasti). Hal ini sama saja dengan mengatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa sudah pasti, mengingat kompetensi  komunikasi merupakan tujuan pengajaran bahasa. Padahal pada kenyataannya cara berkomunikasi itu berubah seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan teknologi.
Oleh karena itu, Alptekin (2002) menyatakan bahwa tujuan sesungguhnya dalam pengajaran bahasa bukan agar para siswa dapat berbicara layaknya “native speaker”, melainkan agar mereka dapat mengembangkan kompetensi linguistiknya, seperti penguasaan pola-pola komunikasi dalam lingkup sosial untuk mengetahui kompetensi komunikasi seorang  individu atau kelompok.

B.      Komunikasi sebagai Proses
Proses komunikasi menurut Claude Shannon melibatkan penyebaran pesan. Satu orang mengirimkan pesan melalui suatu media dan kemudian diterima oleh orang lain. Dalam CLT, proses komunikasi lisan melibatkan berbicara sebagai produksi dan mendengar sebagai kemampuan menerima. Dalam komunikasi tulisan, prosesnya meliputi menulis sebagai produksi dan membaca sebagai kemampuan menerima. Kemudian Johnson (1982) menyatakan lima prinsip dalam komunikasi, yaitu: prinsip penyampaian informasi, prinsip kesenggangan informasi, prinsip teka-teki, prinsip ketergantungan tugas, dan prinsip perbaikan isi. Dalam kelima prinsip ini diketahui bahwa komunikasi seharusnya berjalan dua arah (interaktif) bukan satu arah seperti yg dikatakan Shannon.

C.      Komunikasi dalam Konteks
McKey (2002) mengkritik penyebaran CLT yang hanya menekankan pada 'demokrasi, individualitas, kreatifitas, dan ekspresi sosial', namun gagal dalam menyesuaikan kebutuhan dan latar belakang guru dan siswa di daerah-daerah. Hal ini dikarenakan hampir seluruh pengkaji yang mengkaji CLT adalah orang barat. Shingga teori komunikasi dan istilah-istilahnya dipengaruhi oleh bahasa inggris sebagai bahasa akademis internasional. Dengan ini adapatasi CLT oleh negara non-barat tidak akan cocok. Untuk menyiasati hal ini yang harus diingat adalah komunikasi bersifat universal. Komunikasi yg sesungguhnya adalah sebuah dinamika budaya dan situasi yang tidak dapat diacuhkan dalam konteks apapun.

Berdasarkan ketiga perspektif diatas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran bahasa komunikatif dapat digunakan sebagai panduan bagi para pengajar dalam mengajarkan bahasa asing. Panduan yang ditawarkan CLT bersifat fleksibel dan harus disesuaikan pada situasi dan materi pengajaran. Sayangnya, banyak pengajar yang masih kesulitan untuk menentukan situasi dan materi seperti apa yang cocok untuk pengaplikasian CLT. Disebutkan pula diatas bahwa dengan banyaknya kajian CLT oleh orang barat membuat CLT sulit untuk diadopsi dan diaplikasikan pada negara-negara non-barat dengan bahasa non-inggris. Akan tetapi selama CLT digunakan dalam pengajaran Bahasa Inggris, maka kendala tersebut tidaklah begitu berarti. Sebaliknya, CLT akan sangat diperlukan jika ingin menghasilkan siswa yang mampu menggunakan Bahasa Inggris sebagai media komunikasi dengan keprcayaan dan kemantapan pemahaman linguistik yang diajarkan.


Enam Preposisi dalam Mencari Metodologi: Aplikasi linguistik ke dalam pengajaran bahasa berbasis tugas.

Preposisi yang pertama adalah: Bahasa merupakan sebuah sistem makna. Dan perolehan bahasa kedua menentukan suatu perolehan suatu sistem baru untuk menyadari makna. Pembelajaran bahasa dan perolehan bahasa sangat berhubungan dengan penjelasan Krashen (1985) bahwa para siswa melakukan proses pembelajaran bahasa dan juga proses perolehan bahasa. Pada proses pembelajaran bahasa mereka diberi waktu untuk menciptakan bahasa yg sesuai dengan hasil yang diharapkan. Akan tetapi mereka tidak memperolehnya. Sistem pembelajaran bahasa tidak mempengaruhi sistem perolehan bahasa. Proses peningkatan kedua sistem ini pun berbeda. Pembelajaran bahasa merupakan proses yang kita sadari dan dapat kita kendalikan. Sedangkan perolehan bahasa merupakan proses bawah sadar, tidak dapat dikendalikan, dan muncul secara alami. 

Dengan demikian proposisi yang kedua adalah: pembelajaran dan perolehan bahasa memiliki perbedaan, tetapi perbedaan itu samar dan kedua sistem
Pembelajaran dan perolehan bahasa memiliki fokus yang berbeda. Fokus pembelajaran bahasa terletak pada bentuk bahasa, sedangkan perolehan bahasa muncul secara tidak disadari dalam situasi yang terfokus pada makna.

Sehingga proposisi yang ketiga adalah: Perolehan bahasa didorong oleh keinginan dan kebutuhan untuk mempertahankan makna dan terjadi melalui proses pemaknaan. Makna disini diartikan sebagai cara kita mempresentasikan diri kita kepada orang lain. Kita menunjukkan siapa kita melalui bahasa yang kita gunakan. Halliday menyebutnya sebagai interpersonal.
Dengan begitu preposisi yang keempat adalah: bahasa memiliki fungsi yang sangat luas termasuk salah satunya penyajian diri. Keberagaman bahasa tergantung pada kondisi dimana kita berada. Ketika kita berada dalam situasi yang santai, maka kita cenderung menggunakan bahasa yang ringan dan informal. Namun ketika kita berada dalam situasi yang lebih formal, maka kita akan lebih menunjukkan bahasa yang sopan dan terkesan intelek.
Dengan demikian proposisi yang ke lima adalah: Bahasa beraneka-ragam. Keberagaman bahasa terjadi karena perbedaan keadaan dan perbedaan keinginan. Sehingga kita tidak dapat serta merta menentukan bentuk bahasa apa yang harus digunakan seorang siswa. Dia harus mampu memperbanyak pengetahuan bahasa mereka sendiri.
Proposisi yang terakhir adalah: Penyesuaian pengajaran terhadap sebuah norma bahasa standar dinilai tidak memungkinkan dan tidak diinginkan.

A.      Tugas dan tahapan-tahapan tugas
Hal yang diharapkan dalam pemberian tugas adalah agar siswa dapat mengaplikasikan penggunaan bahasa yang benar. Dalam contoh tahapan tugas sederhana—tugas mengurutkan, tugas mengklasifikasi, tugas memangkatkan—kita harus mampu menelaah bagaimana tugas-tugas tersebut mengakomodir proposisi-proposisi di atas. Dengan begini siswa dapat mempelajari bahasa sebagai sebuah sistem makna. Tugas juga dapat memotivasi siswa, karena ada kepuasan tersendiri ketika mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas. Tugas juga membantu siswa memahami makna yang kemudian memicu perolehan bahasa dengan sendirinya. (proposisi 1 dan 3)

B.      Kerangka TBT
Kerangka TBT terdiri dari 3 fase utama, yaitu:
1.       Fase pre-task, dimana guru memperkenalkan topik tugas, kata dan frase penting, dan memberikan tugas, cara mengerjakan, dan hasil yang diharapkan. (poposisi 1 dan 3)
2.       Lingkaran tugas: tugas, perencanaan laporan, dan melaporkan tugas. (proposisi 5, 4, dan 6)
3.       Fokus bentuk: analisa dan latihan tugas. (proposisi 2)

C.      Mengintegrasikan fokus pada bentuk
Dalam fokus bentuk, siswa diminta untuk dapat mengerjakan latihan analisa dan mempraktekan frase-frase penting pada transkrip yang telah diberikan. Hasilnya, jawaban para siswa memiliki makna yang serupa tetapi dengan menggunakan kata-kata yang berbeda. Latihan ini memberika siswa kesempatan untuk menggunakan kata dan ekspresi yang mereka ketahui tanpa mengharuskan mereka menggunakan bahasa tertentu. (proposisi 6)

Berbeda dengan CLT, TBT memfokuskan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Keuntungan TBT adalah guru dapat mengendalikan output yang diinginkan dari para siswa karena TBT bertahap dan sistematik. Tahapan-tahapan ini memberikan gambaran jelas tentang apa yang diharapkan pengajar dari siswanya. Melalui TBT para siswa juga diberikan jangka waktu untuk mengerjakan tugas demi hasil yang memuaskan. Rentang waktu antara pemberian tugas, pengerjaan tugas, dan pelaporan tugas ini juga merupakan kekurangan dalam metode ini. Terlalu mengandalkan metode TBT akan berdampak pada ketidaksiapan siswa ketika dihadapkan pada situasi dimana mereka diharuskan menggunakan bahasa kedua secara spontanius. Oleh karena siswa dan guru pada umumnya lebih mengenal metode  ini, maka sebaiknya metode TBT tetap digunakan, namun dibarengi dengan metode CLT agar pemahaman para siswa terhadap bahasa kedua tidak hanya sebatas bahasa sebagai sistem tetapi juga bahasa sebagai alat komunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar